SEJARAH LOKAL
“PEMBERONTAKAN PKI MADIUN
TAHUN 1948 ”
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Lokal)
(Dosen Pengampu Mata Kuliah Drs. Sumardjono, M. Si.)
Disusun Oleh :
Erva Yuanita (130210302052)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PKI
atau Partai Komunis Indonesia merupakan organisasi yang pertama kali didirikan
di Semarang oleh Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet bersama dengan J.A
Brandsteder, H.W Dekker dan P. Bersgma (tokoh sosialis)
tapatnya pada tanggal 9 Mei 1914. Organisasi ini awalnya
bernama Indische Sociaal Democratische
Vereniging atau ISDV. Karena tidak
berkembang, kemudian ISDV menyusup pada tubuh Serikat Islam atau SI sehingga
terjadi perpecahan dalam Serikat Islam yakni antara Serikat Islam golongan
putih yang masih bertahan dengan ideologi organisasi murni berdasarkan ajaran
Islam, dan Serikat Islam golongan merah yang terpengaruh aliran Marxisme dari
ISDV.
PKI
merupakan organisasi yang berideologi komunisme. Sejarah PKI sendiri berawal dari
nama ISDV kemudian berganti menjadi Perserikatan
Komunis Hindia pada kongres pertama ISDV
di Semarang pada Mei 1920. PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis
Internasional. Kemudian pada tahun 1924,
namanya diubah kembali mejadi PKI
(Partai Komunis Indonesia).
PKI
melakukan pemberontakan pertama kali pada tahun 1926 di Sumatra Barat dan di
Jawa Barat. Kemudian pada 1948 di Madiun, Jawa Timur. PKI pada awalnya
menempatkan Madiun sebagai daerah basis gerilya dan Surakarta sebagai daerah
kacau (wildwest). Madiun sendiri
sampai saat ini merupakan wilayah yang strategis dalam menghubungkan jalur
lintas provinsi antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Berbatasan dengan
kabupaten Ponorogo di bagian selatan, dengan kabupaten Nganjuk di bagian Timur
dan kabupaten Magetan di bagian barat.
Tokoh-tokoh pemberontakan PKI di
Madiun diantaranya yakni Muso, Amir Syarifudin, D. N. Aidit, dan tokoh-tokoh
lainnya. Latar belakang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948.
Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville yang sangat
merugikan Indonesia. Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat
basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan dengan menghasut buruh. Puncaknya ketika terjadi pemogokan dipabrik karung
Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada tanggal 11
Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan
Baru. PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Oleh PKI
daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan basis
gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya
pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis.
Bentuk
peninggalan kebiadaban peristiwa pemberontakan PKI di Madiun dapat kita lihat
pada Monumen Kresek yang terletak di Desa Kresek, Kec. Wungu, Kab. Madiun. Peristiwa pemberontakan PKI di
Madiun dapat dikategorikan selain sebagai hasil rekontruksi sejarah nasional,
namun dapat pula dikategorikan sebagai sejarah local dari wilayah Madiun itu
sendiri. Namun demikian, pengkajian mengenai peristiwa pemberontakan PKI di
Madiun kurang begitu mendapat perhatian dari sejarawan pada umumnya
dibandingkan dengan peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September PKI (G30 S/PKI
tahun 1965). Atas dasar latar belakang tersebutlah, penulis berusaha mendalami
sekaligus mengkaji mengenai PKI yang terkhususkan pada kajian pemberontakan PKI
di Madiun, yang dirumuskan pada judul Pemberontakan
PKI Madiun Tahun 1948.
1.1.1
Penegasan
Judul
Penegasan
judul disini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan persepsi atau pemahaman
dari pembaca mengenai judul penelitian yang diterapkan yaitu Pemberontakan PKI
Madiun Tahun 1948.
Peristiwa
pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948 merupakan salah satu peristiwa yang
menggoncang integrasi nasional pada awal kemerdekaan Indonesia. Pemberontakan
sendiri dapat diartikan sebagai suatu usaha atau reaksi ketidaknyamanan atas suatu hal yang mengikat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemberontakan di definisikan sebagai (1)
orang yang melawan atau menentang kekuasaan yang sah; pendurhaka; (2)
orang yang sifatnya suka memberontak (melawan);(3) pemberontakan /pem·be·ron·tak·an/ n proses,
cara, perbuatan memberontak; penentangan terhadap kekuasaan yagg sah.
Sedangkan PKI
sendiri merupakan organisasi yang berpaham komunis yang pertama kali didirikan
pada tahun 1914 oleh Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet di Semarang.
Organisasi ini awalnya bernama Indische
Sociaal Democratische Vereniging atau ISDV, tujuannya untuk memperbesar dan
memperkuat gerakan komunis di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, PKI mulai beranggotakan
orang-orang Indonesia, menyusup pada tubuh organisasi Serikat Islam, dan
melakukan pemberontakan-pemberontakan, salah satunya yakni pemberontakan PKI di
Madiun tahun 1948.
Jadi
berdasarkan uraian tersebut dapat di definisikan bahwa yang dimaksud dengan
pemberontahan PKI Madiun tahun 1948 merupakan suatu usaha menentang atau
melawan atas ketidaksenangan atau ketidakpuasan atas pemerintahan yang ada pada
saat itu yaitu tepatnya dilatar belakangi adanya perjanjian Renville yang
dianggap sangat merugikan bangsa Indonesia, yang dilakukan oleh PKI di Madiun.
Kajian penelitian ini berobjek PKI dengan
aksentuasi pada peristiwa Madiun (sebutan Pemberontakan PKI Madiun pada masa
orde lama) atau Pemberontakan PKI Madiun (penyebutan pada masa orde baru hingga
sekarang), dengan judul penelitian yaitu Pemberontakan
PKI Madiun Tahun 1948. Penelitian ini bertujuan untuk memahami sekaligus
mengkaji lebih dalam mengenai peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, termasuk
didalamnya mengenai latar belakang terjadinya pemberontakan, jalannya
pemberontakan, hingga dampak yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut baik bagi
masyarakat khususnya bagi masyarakat Madiun, dan bangsa Indonesia sendiri.
1.1.2
Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang lingkup
pada penelitian ini ditujukan untuk menghindari penyimpangan dari materi kajian
yang di teliti oleh peneliti. Ruang lingkup penelitian yang dimaksud meliputi
ruang lingkup spasial, ruang lingkup temporal, dan ruang lingkup objek kajian
atau materi.
Pada
penelitian yang mengambil kajian pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 ini, ruang
lingkup spasial meliputi wilayah Madiun tepatnya di Desa Kresek, Kec. Wungu,
Kab, Madiun dan sekitarnya sebagai lokasi peristiwa pemberontakan tersebut.
Lingkup temporalnya
yakni tahun 1948 sebagai tahun kejadian dari peristiwa pemberontakan hingga
tahun 1998 sebagai akhir orde baru. Peneliti membatasi lingkup temporal dari
tahun 1948 sebagai batas awal kajian
penelitian, juga sebagai tahun kejadian pemberontakan PKI di Madiun dan
tahun 1998 sebagai batas akhir kajian karena tahun 1998 merupakan masa berakhirnya
pemerintahan orde baru, dimana pada masa orde baru, pemerintahan yang ada
sangat anti terhadap PKI atau komunis sehingga menerapkan berbagai kebijakan
yang mengisyaratkan kontranya terhadap PKI yang berdampak pada kehidupan rakyat
Indonesia.
Dan lingkup
objek kajian materi menekankan pada latar belakang peristiwa Pemberontakan PKI
Madiun tahun 1948, proses berlangsungnya pemberontakan PKI Madiun tahun 1948,
dan dampak yang ditimbulkan dari peristiwa pemberontakan tersebut baik bagi
masyarakat Madiun, juga bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang dan
ruang lingkup seperti yang tersaji diatas, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan
yang akan dikaji di dalam karya tulis ini, diantaranya sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana latar belakang peristiwa
Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948?
1.2.2
Bagaimana proses berlangsungnya
peristiwa pemberontakan PKI Madiun tahun 1948?
1.2.3
Apa dampak yang ditimbulkan dari
peristwa pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 bagi masyarakat Madiun dan bangsa
Indonesia pada awal pemberontakan hingga masa orde baru berakahir?
1.3
Tujuan
Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah diatas,
maka tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penulisan karya tulis ini ialah:
1.3.1
Mengetahui dan mengkaji latar belakang peristiwa
pemberontakan PKI Madiun tahun 1948;
1.3.2
Megetahui dan mengkaji proses berlangsungnya
peristiwa pemberontakan PKI Madiun tahun 1948;
1.3.3
Mengetahui dan mengkaji dampak yang
ditimbulkan dari peristiwa pemberontakan PKI Madiun tahun 1948.
1.4
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang baik bagi semua kalangan
masyarakat, sehingga berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana
yang tersaji diatas, maka hasil penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1.4.1
Bagi perkembangan ilmu kesejarahan, memberi kontribusi
nyata atas penelitian yang telah dilakukan sebagai pemerkaya khasanah keilmuan
kesejarahan;
1.4.2
Bagi penulis, memberi pengalaman serta
mengasah kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah;
1.4.3
Bagi mahasiswa, dapat memberi wawasan
mengenai peristiwa pemberontakan PKI Madiun
tahun 1948;
1.4.4
Bagi pembaca dan masyarakat luas, dapat
dijadikan referensi bacaan mengenai peristiwa pemberontakan PKI Madiun tahun
1948.
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada
bab. 2 ini akan di kemukakan kajian mengenai beberapa teori dan kajian
penelitian terdahulu yang berkenaan dengan pokok bahasan PKI baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk
buku, jurnal, laporan penelitian maupun
dalam bentuk skripsi.
2.1 PKI (Partai Komunis Indonesia)
Pada masa pergerakan nasional di
Indonesia telah muncul berbagai organisasi-organisasi yang bukan hanya bertumpu
pada aspek politik, namun juga pendidikan dan perdagangan. Pergerakan
nasionalisme di Indonesia sendiri memiliki beberapa karakteristik perkembangan
diantaranya yakni:
1)
Periode awal
perkembangan
Pada
periode ini, pergerakan nasional Indonesia lebih diarahkan pada perjuangan
untuk memperbaiki situasi sosial dan budaya pada saat itu. Diantaranya seperti
organisasi Serikat Islam (SI), Budi utomo, dan Muhammadiyah.
2)
Periode
nasionalisme politik
Pada
masa ini, pergerakan nasional Indonesia telah mulai menyentuh ranah politik
yakni memiliki keinginan mencapai Indonesia merdeka. Organisasi-organisasi
pendukungnya diantaranya seperti Indische
Partij (IP) dan Gerakan Pemuda.
3)
Periode
radikal
Gerakan
nasionla pada masa ini ditujukan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dengan
menerapkan sikap nonkooperatif terhadap pemerintah kolonial. Organisasi yang berkembang
pada masa ini diantaranya Perhimpunan Indonesia (PI), Partai Komunis Indonesia
(PKI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
4)
Periode
bertahan
Pada
periode ini, organisasi-organisasi yang ada lebih bersifat moderat.
Organisasi-organisasi yang ada cenderung bersikap bertahan untuk menghindari
pembubaran dari pihak kolonial. Organisasi-organisasi tersebut diantaranya Parindra,
Gerindo, GAPI, dan Fraksi Nasional.
PKI atau Partai
Komunis Indonesia pada masa pergerakan nasional termasuk dalam kategori periode
radikal. Hal ini dikarenakan berbagai reaksi PKI terhadap pemerintahan kolonial
yang di wujudkan dalam berbagai pemberontakan-pemberontakannya.
PKI sendiri lahir
atau tepat didirikan pada 9 Mei 1914 di Semarang oleh seorang pemimpin
organisasi buruh di Belanda yakni Hendricus Josephus
Franciscus Marie Sneevliet bersama dengan J.A Brandsteder, H.W Dekker dan P. Bersgma (tokoh sosialis).
Pada awal pembentukannya PKI memiliki nama ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging), kemudian berganti
menjadi PKH atau Partai Komunis
Hindia pada kongres pertama ISDV di Semarang pada Mei 1920 yang juga merupakan
partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari komunis internasional.
Pada tahun 1924, PKH berganti nama lagi menjadi PKI atau Partai Komunis
Indonesia.
Dalam
perkembangannya, PKI kurang mendapat tanggapan dari masyarakat Indonesia, dan
berusaha beergabung dengan organisasi-organisasi lain, namun berbuah kegagalan.
Hingga pada akhirnya, PKI mampu menyusup
dalam tubuh Serikat Islam (SI) yang menyebabkan Serikat Islam terpecah dalam
dua kelompok aliran, yakni kelompok putih dibawah pimpinan Tjokroaminoto yang
masih teguh dengan ideologi berdasarkan ajaran Islamnya dan kelompok merah yang
dipimpin Semaun dan Darsono yang telah terpengaruh ajaran Marxisme atau
komunis.
Dengan basic yang cukup kuat, PKI pun mulai
melakukan tindakan nyata seperti pemogokan di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
Barat, tahun 1927 melakukan pemberontakan di Sumatra Barat dan mengalami kegagalan,
di susul pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948.
Pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948 merupakan
pemberontakan yang dilakukan untuk mengubah Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila menjadi Negara Indonesia yang berdasarkan komunis. Pada pemberontakan
ini banyak memakan korban jiwa, banyak pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrok
senjata di Solo 2 Juli 1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara
tiba-tiba terbunuh. Pada tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945 Dr.
Moewardi diculik dan dibunuh.
Gerakan PKI
ini mencapai pucaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI dibawah pimpinan Muso
dan Amir Syarifuddin melancarkan pemberontakan yang dipusatkan di Madiun dan
sekitarnya. Banyak pejabat pemerintah dan tokoh agama diculik dan dibunuh
secara sadis. Mereka dibantai oleh orang-orang PKI di Desa Soco Gorang Gareng
(Magetan) dan Kresek (Madiun). Muso-Amir Syarifuddin kemudian memproklamasikan
berdirinya Negara Rapublik Soviet. Namun usaha tersebut berhasil digagalkan
perlawanan yang diperintah oleh Jendral Sudirman melalui pasukan Siliwangi yang
juga berhasil menangkap sekaligus menghukum mati tokoh-tokoh utama
pemberontakan PKI di Madiun. Bukti kekejaman PKI dalam pemberontakan tersebut,
dapat dilihat dari jejak sejarah berupa Monumen Kresek di Desa. Kresek, Kec.
Wungu, Kab. Madiun.
2.2 Teori dan
Pendekatan
Penelitian
ini menggunakan teori konflik sebagai dasar analisisnya. Teori konflik yang digunakan aksentuasinya
lebih kepada teori konflik Marxian yang menyatakan bahwa semua konflik yang ada
dilatarbelakangi oleh satu alasan atau sebab yakni faktor ekonomi.
Paham
komunis sendiri muncul pertama kali di Soviet akibat dari Revolusi
Bolshevik di Rusia
tanggal 7 November 1917.
Sedangkan di Indonesia sendiri, komunisme mulai muncul diawali di Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh
kereta api Surabaya
yang dikenal dengan nama VSTP.
Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa
dan Indo Eropa saja, namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi juga
banyak yang bergabung. Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaoen
kemudian menjadi ketua SI Semarang. Jadi dapat dkatakan komunisme merupakan
paham yang aktif memperjuangkan hak-hak buruh, pelajar dan anti-imperialisme.
Pendekatan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah pendekatan antropologi sosial. Antropologi sosial bidang ini mulai
dikembangkan oleh James George Frazer di Amerika serikat pada awal abad ke-20.
Dalam kajiannya, antropologi sosial mendeskripsikan proyek evolusionis yang
bertujuan untuk merekontruksi masyarakat primitif asli dan mencatat perkembangannya melalui
berbagai tingkat peradaban.
Pendekatan
antropologi sosial digunakan peneliti dalam kajian penelitian Pemberontakan PKI
Madiun tahun 1948 karena pedekatan antropologi sosial dalam kajiannya seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya yakni mencatat perkembangan masyarakat melalui
tingkatan peradaban. Antropologi sendiri adalah sebuah ilmu
yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek
fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan,
aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang
bermanfaat.
Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 merupakan
salah satu kajian dari antropologi yang termasuk dalam kajian aspek politik karena
latar belakang terjadinya pemberontakan adalah karena factor politik yakni
akibat kegagalan perjanjian Renville yang sangat merugikan bangsa Indonesia, dan
pemberontakan PKI Madiun sendiri juga merupakan wujud perkembangan masyarakat
pada tingkat peradaban masyarakat modern yang ditandai suatu pemberontakan atau
pergolakan dalam perubahannya. Sehingga dalam kajian penelitian ini, pendekatan
antropologi sosial dianggap sesuai oleh peneliti dalam meneliti kajian
penelitian Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948.
Berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya diperoleh informasi mengenai peristiwa
pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. Berdasarkan pada penelitian-penelitian tersebut pula, maka peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai peristiwa pemberontakan PKI
Madiun tahu 1948.
BAB.
3 METODE PENELITIAN
Suatu penelitian tidak
dapat dipisahkan dari suatu metode penelitian. Suatu pengetahuan tidak akan
menjadi ilmu pengetahuan tanpa adanya suatu metode ilmiah yang menyertainya.
Begitu pula dengan ilmu sejarah yang tidak akan menjadi sejarah yang dikenal
saat ini tanpa adanya metode sejarah yang menyertainya pula. Metode sejarah
dapat diartikan sebagai metode penelitian dan penulisan sejarah dengan
menggunakan cara, prosedur atau teknik yang sistematik sesuai dengan asas-asas
dan aturan ilmu sejarah (Daliman, 2012:27). Sedangkan menurut Gilbert J.
Garragan, S.J (1957:33) mendefinisikan metode sejarah sebagai seperangkat asas
dan aturan yang sistematik yang didesain guna membantu secara efektif untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan
sintesis hasil-hasil yang dicapainya, yang pada umumnya berbentuk tertulis.
Secara umum, metode
sejarah dapat terdiri atas:
1)
Heuristik
Metode sejarah heuristik merupakan
salah satu metode dalam sejarah yang menekankan pada upaya pengumpulan data,
fakta, dan sumber sejarah sebagai bahan untuk menganalisis dan meengungkap
berbagai peristiwa pada masa lampau. Heuristik berasal dari kata “heuriskein” dalam bahasa Yunani yang
berarti mencari atau menemukan. Dalam bahasa latin heuristik dinamakan sebagai ars inveniendi (Daliman, 2012:52). Usaha
pengkontruksian sejarah erat kaitannya dengan sumber sejarah. Sumber sejarah
sendiri terbagi atas sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda.
Berdasarkan jenis sumber-sumber
tersebut, dalam upaya pengumpulan sumber-sumber sejarah pada penelitian
Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948, peneliti menggunakan sumber tertulis
utamanya mengingat sumber lisan dan sumber benda kuurang mendukung dalam
penelitian ini, utamanya mengenai faktor waktu
dalam melakukan penelitian. Sumber
tulisan yang digunakan peneliti berasal dari perpustakaan Universitas Jember
sekaligus juga referensi dari internet sebagai pendukung sumber yang ada.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti pada kajian penelitian ini adalah dengan teknik dokumentasi
yaitu melalui pengupulan data dari sumber-sumber dokumen, buku-buku, artikel,
dan sebagainya yang peneliti proleh dari perpustakaan Universitas Jember dan
internet.
2)
Kritik
Sumber (Verifikasi)
Tahap metode selanjutnya
adalah kritik sumber yang merupakan usaha untuk mengkaji keaslian sumber
(autensitas) dan keabsahan sumber untuk dipercaya (kredibilitas). Kritik sumber
perlu dilakukan sebab sifat-sifat sumber data-data sejarah berbeda dengan sumber
data ilmu sosial lainnya (Daliman, 2012:65). Kritik sumber terdiri atas kritik
ekstern dan kritik intern.
Kritik ekstern berkenaan dengan
keaslian bahan yang digunakan dalam pengumpulan sumber-sumber sejarah. Kritik
ekstern terutama bertujuan menjawab pertanyaan (1) adakah jejak sejarah
tersebut jejak sejarah otentik atau palsu?, (2), jika jejak sejarah tersebut
berupa jejak sejarah turunan, adakah terjadi perubahan dari wujud aslinya?, (3)
sejauh mana perubahan atau penyimpangan jejak sejarah tersebut?.
Berkaitan dengan kajian yang
diteliti, kritik ekstern mengacu pada kritik terhadap sumber-sumber tertulis
dari penelitian ini yang menjawab utamanya ketiga pertanyaan tersebut. Atau
dengan kata lain, kritik ekstern dari penelitian ini aksentuasinya pada
mengetahui autensitas dari sumber yang digunakan yang peneliti peroleh dari
Perpustakaan Unversitas Jember dan internet.
Sedangkan kritik intern pada kajian
penelitian ini mengacu pada penyaringan kualitas informasi yang didapat dari
jejak-jejak maupun sumber-sumber sejarah dan membandingkan tiap esensi atas
informasi dari masing-masing sumber
sehingga diperoleh sumber yang
kredibel dan autentik. Jadi kritik intern yang dimaksud disini lebih kepada
penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu
sendiri.
3)
Interpretasi
Interpretasi adalah tahap penafsiran
terhadap sumber-sumber sejarah dan memberikan pandangan yang teoritis terhadap
peristiwa yang terjadi. Pada tahap ini peneliti menghubungkan fakta-fakta
sejarah yang telah melalui tahap verifikasi yang diperoleh dari sumber sejarah
berupa dokumen dari perpustakan Universitas Jember dan internet, fakta-fakta
sejarah tersebut kemudian dihubung-hubungkan sehingga antar fakta tercipta
kesesuaian yang masuk akal dan kecocokan, dan pada tahap terakirnya kesemua
fakta yang diperoleh disusun dan dituliskan dalam tahap historiografi.
Tanpa
penafsiran, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan
data dan keterangan darimana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat
kembali dan menafsirkan ulang (Kuntowijoyo, 2013:78). Pada tahap ini mulai
muncul subjektivitas dari peneliti/sejarawan. Meskipun demikian, subyektivitas
yang ada tetap dapat dihindari oleh sejarawan, utamanya sejarawan profesional.
4)
Historiografi
Tahap ini merupakan tahap terakir
dalam pengkontruksian sejarah. Tahap historiografi merupakan proses penyusunan
fakta-fakta sejarah yang sebelumnya telah melalui tahap-tahap interpretasi
dalam bentuk penulisan sejarah. Dalam tahap historiografi perlu diperhatikan
pula kemampuan-kemampuan menulis seperti prinsip serialisasi atau pembuatan
urutan-urutan peristiwa, prinsip kronologi yaitu penyusunan urutan-urutan
waktu, juga memperhatikan prinsip kausalis atau hubungan sebab akibat dalam
cerita sejarah serta imajinasi dalam penulisan sejarah.
Penyajian yang dilakukan peneliti
didalam karya tulis ini terdiri dari enam bagian: (1) Bab 1 Pendahuluan yang
berisi tentang latar belakang, penegasan judul, ruang lingkup, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian. (2) Bab 2 Tinjauan Pustaka yang mengulas tentang
kajian penelitian terdahulu dan kajian-kajian teoritis yang berkaitan dengan
pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. (3) Bab 3 Metode penelitian, dalam hal ini
berisikan tentang metode penulisan sejarah yang terdiri dari empat langkah,
yakni : heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.(4) Bab 4
Pembahasan, yang berisikan mengenai pembahasan pemberontakan PKI Madiun tahun
1948. (5) Bab 5 Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan
jawaban dari permasalahan yang dikaji oleh peneliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar