Selasa, 16 Desember 2014

Laporan Mata Kuliah Pengembangan Kompetensi Kependidikan





LAPORAN
PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPENDIDIKAN
“KOMPETENSI  PEDAGOGIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP 2 MAYANG JEMBER”
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kompetensi Kependidikan)
(Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr. Sumardi, M. Hum)


Disusun Oleh :
Erva Yuanita (130210302052)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014



Latar Belakang
            Pendidikan merupakan aspek yang sangat krusial bagi kehidupan manusia. Pendidikan tidak lepas dari aspek-aspek yang saling berkaitan, salah satunya yakni terkait aspek pendidik dan peserta didik. Pendidik sebagai mentor maupun leader atau dengan kata lain dapat dikatakan sebagai sarana bagi peserta didik dalam menerima setiap ilmu yang diberikan merupakan pihak yang sangat krusial peranannya dalam proses belajar mengajar.
            Begitu besar peran pendidik dalam proses belajar mengajar menjadikan pendidik harus memiliki kriteria tertentu untuk dapat benar-benar menjadi pendidik yang kompeten. Pendidik harus memiliki kompetensi atau dengan kata lain harus mempunyai kemampuan terkait bidangnya yakni kependidikan. Kompetensi pendidik sendiri terbagi menjadi empat yakni kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi pribadi.
            Terkait dengan perihal kompetensi pendidik, dalam laporan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kompetensi pendidik dengan aksentuasi pada kompetensi pedagogik. Laporan ini disusun berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber terkait tema wawancara yakni kompetensi pedagogik dengan objek pendidik (guru Matematika) SMP 2 Mayang Jember yang terumuskan dalam judul “Kompetensi Pedagogik dalam Pembelajaran Matematika di SMP 2 Mayang Jember” serta disusun sebagai pemenuhan tugas akhir mata kuliah  Pengembangan Kompetensi Kependidikan dengn dosen pengampu Dr. Sumardi, M. Hum.

Tujuan
1.      Memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengembangan Kompetensi Kependidikan;
2.      Meningkatkan kualitas diri dalam public speaking;
3.      Memperoleh informasi terkait aspek pedagogik dalam pembelajaran Matematika di SMP 2 Mayang

Topik Wawancara
Aspek pedagogik

Waktu dan Tempat Kegiatan
Acara ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal                 : Senin, 15 Desember 2014
Pukul                               : 18.00 WIB s/d selesai.
Tempat                            : Rumah Bapak. Davit (Sumbersari Jember)


Deskripsi Narasumber
Nama                                   : Davit Rahman, S. Pd.
Tempat Tanggal Lahir      : Lamongan, 17 Agustus 1973

Riwayat Pendidikan
SD                                        : SDN Manggersari 2 Mojokerto
SMP                                     : SMPN 04 Mojokerto
SMA                                     : SMAN 03 Mojokerto
Perguruan Tinggi                  : FKIP Matematika Universitas Jember

Riwayat Mengajar             : 1. SMAN 02 Jember (1998-2002)
                                               2. SMKN 03 Jember (2003-2008)
                                               3. SMA Pahlawan Jember (1999-20008)
                                               4. SMPN 2 Mayang Jember (2008-sekarang)





Aspek Pedagogik dalam Pembelajaran Matematika di SMP 2 Mayang Jember


            Dalam pembelajaran formal tidak terlepas dari unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan,yakni beberapa diantaranya dalam kaitannya antara pendidik (guru) dan peserta didik. Guru sebagai pendidik memiliki tugas seperti yang dikemukakan Peters [1] ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu a) guru sebagai pengajar; b) guru sebagai pembimbing; dan c) guru sebagai administrator kelas. Ketiga tugas guru ini merupakan tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.
            Berkaitan dengan tugas guru sebagai pendidik juga pengajar tersebut, seorang guru harus memiliki kompetensi. Kompetensi sendiri menurut Robbins (2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan “Competency is underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-reference effective and/or superior performance in a job or situation”. Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Kompetensi yang dimiliki guru menentukan kemampuannya dalam mengajar yang turut juga mempengaruhi hasil belajar siswa.



            Kompetensi guru dibedakan menjadi empat aspek yakni:
a.      Kompetensi pedagogik
b.      Kompetensi sosial
c.       Kompetensi pribadi; dan
d.      Kompetensi profesional
Seorang guru jika ingin sukses dalam pembelajarnnya, dalam arti ilmu-ilmu, nilai-nilai kehidupan (pendidikan dan pengajaran) harus menerapkan keempat kompetensi tersebut secara seimbang agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
            Dalam kompetensi pedagogik lebih menekankan pada kompetensi pengelolaan pembelajaran yang mencangkup kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi sosial mencangkup kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan pribadi meliputi sikap dan etitude guru yang dijadikan teladan bagi peserta didik. Dan kompetensi professional mencangkup kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam untuk selanjutnya disampaikan pada peserta didik..
            Keempat kompetensi yang ada memiliki UU yang mengaturnya, diantaranya kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi professional, dan kompetensi pribadi yang di atur dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
            Dalam hal ini berkaitan dengan kompetensi guru, akan dipaparkan lebih lanjut dan mendalam mengenai kompetensi pedagogik yang sebelumnya telah melalui  proses wawancara dengan narasumber, dimana narasumber sendiri adalah seorang guru pengajar mata pelajaran Matematika di SMP 2 Mayang Jember. Pemaparan  ini lebih menekankan pada kompetensi pedagogik dalam proses pembelajaran Matematika mencangkup hal-hal umum terkait masalah-masalah pengajaran dikelas seperti cara menangani perbedaan individual peserta didik dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan, penerapan Kurikulum 2013, pengembangan potensi siswa melalui kegiatan ektrakulikuler, peran TIK dalam pembelajaran, dan masalah-masalah lain terkait proses pembelajaran mengingat pada laporan ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya teraksentuasi pada kompetensi pedagogik guru.
            Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini, kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan  teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa (Yutmini1992:13).
            Dalam proses pembelajaran yang identik dengan pendidik dan peserta didik, peserta didik sebagai komponen input pembelajaran tentu saja memiliki karakteristik atau pribadi yang berbeda satu dengan yang lainnya, berkaitan dengan perihal tersebut, dalam menengani masalah yang ada, sebagai pendidik, narasumber memaparkan dalam menangani perihal tersebut lebih menekankan pada pendekatan dalam proses pembelajaran yang wujudkan dengan pemberian umpan balik pada siswa. Dengan penggunaan metode demikian, narasumber menyatakan selain memberikan keuntungan lebih mengenal karakteristik peserta didik, juga memberikan keuntungan lain yakni membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Namun, dalam hal ini juga memiliki kendala yakni terkait masalah waktu yang dirasa narasumber kurang optimal karena dirasa  terlalu singkat.
            Berkaitan dengan kompetensi pedagogik yang lain yakni mengenai masalah metode pembelajaran yang digunakan agar peserta didik tidak bosan dengan materi pembelajaran yang diberikan.  Berkenaan dengan perihal tersebut, narasumber menggunakan metode yakni mengubah persepsi dalam diri pendidik bahwa dirinya bukan hanya sebagai pendidik maupun pengajar, namun sebagai teman belajar, yang diharapkan dengan pengubahan persepsi inilah, kedekatan antara pendidik dengan peserta didik semakin intensif sehingga pembelajaran yang diciptakan lebih terkesan pembelajaran dengan teman. Selain itu, penggunaan metode lain juga sangat diperlukan, bukan hanya metode ceramah yang cenderung membuat peserta didik merasa bosan dalam pemelajaran, juga menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sebagai instrument yang mempermudah materi belajar diterima peserta didik, serta mengaitkan materi pembelajaraan dengan kehidupan nyata.
            Selanjutnya mengenai  Kurikulum 2013 dan penerapannya dalam pembelajaran, menurut narasumber menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 sendiri memiliki konsep yang bagus, namun memiliki kendala pada proses penilaian yang dirasa sangat menyulitkan pendidik. Penilaian sendiri merupakan  proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan. Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas pendidik yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa
            Dengan krusialnya arti penilaian dalam proses pembelajaran, kiranya guru sebagai pendidik secara optimal pula memaknai proses tersebut dengan baik agar tercapai pula tujaun pembelajaran yang diharapkan, meskipun disisi lain menurut keterangan narasumber proses penilaian terkait Kurikulum 2013 dirasa sangat menyulitkan para pendidik karena metode penilaian dalam kurikulum 2013 sendidri dirasa sangat rumit.
 Dalam penerapannya, narasumber menyebutkan bahwa sebagian besar pendidik merasa belum siap dengan perubahan pada kurikulum yang ada., hal ini tentu saja mempengaruhi proses pembelajaran sehingga berdampak buruk pula pada peserta didik. Di SMP 2 Mayang sendiri, penerapan kutrikulum 2013 utamanya pada mata pelajaran Matematika dirasa kurang optimal. Peserta didik yang termasuk dalam kategori siswa unggulan saja yang mampu dengan mudah mencerna setiap materi yang diberikan pendidik sesuai Kurikulum 2013, sedangkan bagi peserta didik dalam kategori golongan biasa-biasa saja, cenderung sebaliknya. Kurikulum 2013 sendiri hanya dengan mudah diterima di sekolah-sekolah yang masuk kategori sekolah kota dan elit saja dengan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga untuk penerapannya sendiri, kurikulum 2013 perlu penyesuaian lebih lanjut untuk hasil yang optimal utamanya di sekolah-sekolah yang masuk kategori sekolah pinggiran, terang narasumber.
            Terkait dengan masalah pengembangan potensi siswa diluar pembelajaran intrakulikuler, di SMA 2 Mayang sendiri, siswa diwajibkan mengikuti kegiatan eksrakulikuler dalam mengembangkan sekaligus mengasah potensi peserta didik, seperti Pramuka, PMR (Palang Merah Remaja), PPU, ekstrakulikuler olahraga, dan lain sebagainnya.
            Proses pembelajaran saat ini tentu saja tidak terlepas dari peran TIK yang pada era modernitas saat ini begitu krusial perannya. Peran TIK dalam proses pembelajaran sangat besar utamanya di era globlisasi saat ini. meskipun TIK berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, namun penguasaan terhadap TIK  sendiri merupakan kewajiban dari para pendidik untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang ada. Dalam pembelajaran matematika sendiri penerapan TIK sangat dominan, narasumber acapkali menggunakan media LCD Proyektor dalam proses pembelajarannya. Namun yang sangat dikeluhkan adalah mengenai sarana dan prasarana yang ada di SMP 2 Mayang terkait dengan masalah TIK, yang dirasa narasumber sangat jauh dari kata sempurana, pihak sekolah hanya memiliki satu proyektor, juga jaringan internet yang kurang optimal. Hal ini tentu saja mempengaruhi keoptimalan pembelajaran mengingat  dalam Kurikulum 2013 sendiri peran TIK dalam pembelajaran sangat besar.
            Mengenai sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran, dari pihak sekolah sendiri juga banyak melakukan usaha-usaha pengajuan dana ke dinas pendidikan setempat. Sarana dan prasarana di SMP 2 Mayang dirasa narasumber kurang mendukung. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari jumlah ruang kelas yang terlalu berlebihan memuat siswa, atau dengan kata lain dari sekolah sendiri kekurangan kelas untuk proses pembelajaran, permasalahan  lain juga telah disebutkan sebelumnya terkait masalah TIK yang kurang mendukung.
            Dalam masalah pembelajaran sendiri terkait metode pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didik, narasumber menkankan pada penggunaan metode umpan balik yag dirasa mampu mendekatkan keintensifan antara pendidik dengan peserta didik.  Sedangkan dalam proses penilaian sendiri bagi peserta didik yang kurang memenuhi standart yang diberikan, pendidik melakukan metode remidi sebagai wujud pemberian kesempatan bagi peserta didik dalam memperbaiki nilainya, selain itu juga menekankan adanya metode tutor sebaya yakni semacam cara bagi peserta didik, dimana peserta didik yang telah menguasai suaatu materi pembelajaran, ikut membantu temannya yang belum menguasai materi pembelajaran.  Hal ini dirasa efektif ketika metode pendekatan melalui umpan balik kurang berhasil dalam mengintensifkan kedekatan pendidik dengan peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran.
            Dalam usaha memperbaiki kualitas pembelajaran, narasumber memiliki moto yakni “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin” sebagai motivasinya dalam mengembangkan kualitas pembelajaran yang diampunya utamanya di SMP 2 Mayang. Kegiatan refleksi yang seringkali dilakukan yakni dengan berusaha menumukan kesulitan-kesulitan maupun kesalahan-kesalahan yang ada dalam proses pembelajaran untuk kemudian diperbaiki sebagai pengalaman dalam proses pengajaran selanjutnya.
            Jadi dari pemaparan-pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek pedagogik dalam pembelajaran Matematika di SMP 2 Mayang dapat dikatakan cukup baik. Dari wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa narasumber sebagai salah satu pendidik di instansi terkait memiliki usaha yang cukup baik dan kompeten dalam upaya pengembangan aspek pedagogik dalam pembelajaran Matematika. Namun dilain sisi upaya yang telah dilakukan masih terkendala dengan adanya faktor-faktor lain diluar diri pendidik seperti terkait masalah waktu serta sarana dan prasarana. Kiranya pemerintah daerah setempat tidak menutup mata dan telinga terkait masalah pendidikan yang ada, pendidikan yang sempurna akan terwujud jika masing-masing komponen yang ada dalam suatu system saling terkait juga bersatu dalam  mencapai tujuan pendidikan itu sendiri, dan perlu di ingat pula bahwa pendidikan sendiri adalah salah satu tujuan berbangsa dan bernegara Indonesia yang tercermin dalam kalimatuntuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar